Cerbung 10: Sari dan Candra (Cinta dan Terpisah) Takziah 1000 Hari Nenek Santi

 


Malam hari ini malam jum'at, sesuai ajakan dari Santi serta Ibunya tempo hari. Kami sekeluarga juga pergi ke sana.

Menyembuhkan Mata Ayam Berbusa

"Siap semua?" Bertanya Bapak yang telah menanti di bangku ruangan tamu.


"Telah Pak." Jawabku yang berjalan keluar dari dalam ruangan tamu.


"Iya telah Pak." Sahut Mamk yang menyusulku berjalan keluar.


"Yaudah, kalau telah? Saat ini kita pergi. Tidak enak kalau datengnya cocok orang uda baca do'a." Timbal Bapak.


Bapak serta Mamak berjalan ke arah motor, sedang saya menutup pintu rumah. Sesudah di tekankan semua terkunci, saya mengejar bapak serta Mamak yang telah terlebih dahulu naik ke motor mereka.


"Kamu lebih dulu Can. Kan kamu tahu jalan tempat tinggalnya." Perintah Bapak.


"Oo iya Pak." Saya langsung naiki motorku, serta mulai menghidupkannya.


Motorku juga berjalan terlebih dulu, di iringin oleh motor Bapak serta Mamak di belakang. Melalui gang depan ke arah jalan raya. Kami telusuri jalan aspal, sesudah beberapa waktu berjalan sampailah kami ke rumah Santi. Rupanya tamu undangan telah ramai, kami juga memarkirkan motor di ujung rumah dekat pohon mangga untuk pemisah bangsal.


Ku melihat Santi lambaikan tangannya. Saya juga membalas lambaiannya. Santi menyebut Bapaknya yang ada di bangsal. Serta menyaratkan jika kami sekeluarga sudah datang.


Bapak Santi lihat kami, serta selekasnya mendekati.


"Assalammuallahikum," sahut kami bertiga.


"Wa'alahikum salam." Timbal semua tamu undangan, serta tuangkan rumah.


"Apa kabarnya kang?" Bertanya Bapak Santuli pada Bapak ku."


"Alhamdulillah ef. Kamu sendiri bagaimana kerjanya? Lancar." Bertanya Bapak balik.


"Alhamdulillah. Oo iya, masuk dahulu kerumah Kang?" Ajak Bapak Santi.


Pada akhirnya kami juga berjalan ke arah ke rumah. Yang rupanya telah adadi penuhi oleh tamu takziah, serta beberapa penjabat Desa.


"Assalammuallahikum" salam kami di luar rumah.


"Wa'alahikum salam." Timbal beberapa tamu yang ada di rumah.


Kami juga bergegas masuk, di sambut juga oleh Ibu dari Santi.


"Eh.. tamu yang di nantikan sudah dateng." Sebut Ibu Santi sambil menyalimi kami.


"Ah dapat saja dek." Timbal Mamak yang bergegas ikuti Ibu Santi.


Saya serta Bapak duduk di ruangan tamu, ku melihat Bapak sedang mengobrol dengan mang suef. Sedang dari terlalu jauh ku melihat Santi senyum - senyum menyaratkan menyuruhku mendatanginya. Santi segera menggenggam Smartphonenya. Tidak lama, smartphoneku bergetar. Ku melihat ada chat dari Santi.


"Can, sini temenin saya?"


"Ah.. malu lah San. Tidak enak dipandang sama tamu undangan" jawabku.


Lihat balasanku di smartphonenya, ia melihatku serta kembali lagi membalas,


"Ah... iya lah. Yaudah kalau begitu." Jawabnya dengan memberikan tambahan emocion kurang senang.


Tidak berlalu lama, Pak Kepala desa buka Takziah. Serta pada akhirnya Takziah seribu hari Neneknya Santi juga diawali. Dari serangkaian membaca Surat Yasiin, sampai ke do'a langsung di memimpin oleh Pak Ustadz.


Jam 8.20 Takziah usai, semua tamu undangan di persilakan mengonsumsi sajian yang telah di sediakan. Saya yang sedang makan juga di hampiri Santi,


"Jangan langsung pulang ya Can. Wak?" Pinta Santi kepadaku dan Bapak yang sedang makan di sebelahku.


"Iya.." sahutku sambil kunyah makanan.


Sebagian besar tamu undangan sudah pulang, Bapak serta Mang Suef sedang mengobrol di ruangan Tamu bersama-sama Pak Kepala desa dan Ustadz andri. Sedang Mamak mengobrol di belakang dengan beberapa Ibu-ibu yang adalah keluarga Santi. Sedang saya, masih duduk di muka, di bawah tenda bangsal. Santi menggendong keponakkannya tiba mendekatiku,


"Sendiri saja Can. Masuk di dalam saja. Orang tuakan semua lagi bercakap di dalam rumah." Tegur Santi.


Postingan populer dari blog ini

The reporter, that earlier operated in typical sporting activities media,

Pembuat Peti Mati

The Satisfied Information Reopening Prepares for August