Menanti Hujan Reda
Saya selekasnya menepi, memasangkan standard serta lari ke emperan toko.
Menyembuhkan Mata Ayam Berbusa |
Hujan mendadak tiba dengan derasnya. Memang saat ini telah masuk musim pancaroba, pengalihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Jadi hujan terkadang tiba dengan seenaknya saja tanpa ada memberikan pertanda terlebih dulu. Beberapa orang dibuatnya kalang kabut.
Saya kaget seorang wanita mendadak telah berdiri di sampingku, ingin meneduh . Bajunya sedikit telah basah terserang air hujan membuat lekuk badannya nampak. Saya heran memandangi mukanya yang demikian cantik. Tatapan matanya demikian lembut, senyumnya benar-benar manis.
"Hujan lebat sekali. Tidak pernah gunakan jas hujan", tuturnya buka pembicaraan.
"Ya. Basah tu pakaian", kataku.
Saya sendiri minimal senang kalau diminta bawa payung atau jas hujan untuk berjaga-jaga. Rasanya hal tersebut hilangkan kewibawaan seorang lelaki kalau harus menenteng payung atau berlindung dengan jas hujan di bawah rintik hujan.
"Gunakan ini", kataku sekalian menyodorkan jaketku.
Entahlah mengapa kami berasa kelihatannya telah lama sama-sama mengenali. Sekalian menanti hujan surut kami mengobroldengan intim. Ia menceritakan jika hidup sendirian, tujuannya tidak bersama-sama suaminya lagi. Ia tinggal dengan anak semata-mata wayangnya yang sesaat lagi masuk sekolah taman kanak-kanak ditemani ibunya yang telah sepuh.
Ia putuskan berpisah dengan suaminya sebab tidak tahan dengan sikap cemburuannya. Rekan lelakinya sekantor serta bosnya sempat jadi target kecemburuan si suami. Karena itu jalinan dengan beberapa temannya jadi renggang, pada jaga jarak. Memang ia orangnya supel, mudah mengenal serta enak dibawa bercakap.
Kerjanya untuk tenaga pemasaran dalam suatu perusahaan design exterior yang mengerjakan pertamanan di sejumlah project perumahan serta vila-vila pribadi mewajibkan berjumpa dengan beberapa client. Namanya lobi usaha ya pasti cari tempat yang memberikan dukungan untuk negoisasi, seperti restoran serta lobi-lobi hotel.
"Memang tidak dapat ya bicarain usaha di kantor saja", kata suaminya.
"Harus di restoran sekalian makan siang begitu", tambahnya.
"Mengapa harus di hotel sang. Tidak ada lain tempat", tanyanya lain kali.
Demikian terus pernyataan kecemburuan suaminya setiap saat ia ngabari sedang rapat dengan client-nya. Bisa dinyatakan sesampainya di dalam rumah ia akan diinterogasi oleh saang suami. Serta terkadang suamiya mencari siapapun yang nelpon yang berada di log telepon atau mengecek satu-persatu pembicaraan wa di dpnya.
Untuk wanita yang mandiri serta memiliki segudang pengalaman kerja pasti tidak ingin dibatasi gerak cara serta privacynya. Telah 3 tahun bertambah ia menyendiri serta berasa happy-happy saja.
Hujan makin lebat air cucuran dari atap ruko tempat kami meneduh menjilat-ji;at seolah-olah ingin membasahi badan kami. Kami berubah ke tempat yang tidak dapat dijangkau air hujan, tanpa ada menyengaja badan kami mendekat. Saya mencium wangi badannya. Rambutnya yang basah terserang cipratan air hujan membuatnya indah di pandanganku.
Entahlah keberanian darimanakah mendadak saya merangkulnya.
"Agar hangat", kataku sekalian merengkuhnya.
Ia diam cuma menghela nafas saja.
Jedeeer !!
Suara kilat diikuti suara geledek membuyarkan anganku.