Pembuat Peti Mati
Badri tidak sempat memikirkan punyai anak yang bengal. Dia juga mengingat-ingat istrinya ngidam apa pada saat hamil. Serta dia sendiri kerja seperti umumnya, membuat pesanan kusen, jendela, pintu, meja serta bangku. Semua perkakas dari kayu itu dia lakukan bersama-sama pegawainya, Soleh.
Menyembuhkan Mata Ayam Berbusa |
Tidak ada yang aneh juga dengan kehamilan Ningsih istri Badri. Semua berjalan layaknya seperti orang hamil. Tiga bulan pertama mual-mual, muntah tetapi tidak ada yang dimuntahkan. Mencium berbau nasi mual, mencium keringat suaminya sendiri mual, mencium berbau kayu mual. Walau sebenarnya, di dalam rumah Badri harus kerjakan pesanan beberapa perkakas dari kayu.
Waktu mesin-mesin penghalus kayu dipakai, berbau kayu langsung menyodok sampai ke kamar Ningsih.
"Kang, mbok ya jangan masrah kayu dahulu, saya ingin muntah?" teriak Ningsih.
"Aduh, bagaimana ini Leh, istriku tetap muntah jika mencium berbau kayu, lha di sini kan memang kerja sama kayu" tutur Badri pada Soleh salah satu pegawai yang membantunya kerja.
Ke-2 lelaki itu ketidaktahuan. Badri sayang istrinya, sedang Soleh sayang gajinya. Kedua-duanya tidak ingin melepas suatu hal yang bermakna dalam kehidupannya. Buat Badri pekerjaan ini dirintisnya sebelum menikah, karena itu tidak jadi masalah bila seumpama istirahat beberapa waktu. Tetapi, buat Soleh bila istirahat kerja alamat tidak ada penghasilan.
"Duh, mbak Ningsih ini kok ya aneh-aneh saja to, lha di sini saya kan mencari makan, bagaimana jadi jika diminta stop" gumam Soleh dalam hati.
Badri masuk di kamar. Melihat situasi Ningsih yang sedang hamil muda. Sesaat Soleh mempertajam mata pisau pasrah berkali-kali sampai tajam. Gagasannya mereka akan melembutkan kayu dengan alat pasrah manual, yang di dorong dengan ke-2 tangan. Walau cukup lama, tetapi tidak
mengganggu pekerjaan.
Lihat badan suaminya yang kuyub oleh keringat bercambur debu kayu, langsung mulut Ningsih seperti mendapatkan signal mual.
"Hoeeekk, hoeeeekkk, aduh Kang sana gih, keringatmu...hoeeekk" Ningsih mual-mual kembali lagi. Dengan sabar Badri tinggalkan Ningsih serta kembali pada tempat kerja.
Di kamar Ningsih sedang tonton TV. Satu kipas angin menolong menyingkirkan peluhnya di badan. Konon orang hamil senang keringatan. Hawanya tetap berasa panas. Tuturnya ada perkembangan hormon.
"Ingin apa Kang?" bertanya Ningsih waktu lihat suaminya masuk di kamar.
"Ya lihat situasimu lah Dik, apa masih mual-mual?" jawab Badri.